Halooo halooo... kangen yaa kangen yaa sama postingan dari gue? Hihihi maaf banget yaa akhir-akhir ini jadi jarang banget nulis. Biasalah tugasnya bertebaran di mana-mana. Kali ini gue ada mini project nih, jadi tuu ceritanya gue mau ngeposting cerpen (karya gue sendiri) setiap malam minggu:D. Untuk cerpen gue yang pertama ini emang sengaja gue post hari Senin *soalnyawaktuharisabtuguenggakadakuota:v*.
First cerpen gue kali ini termasuk kisah nyata yang pernah gue alami, but ada sedikit bumbu fantasi yang gue campur aduk biar cerpen ini tambah greget:v Semoga kalian dukung yaa #MiniProjectCerpenRD, semoga karya-karya gue ini bisa di terima sama kalian semua! Selamat menikmati!!! Eitss jangan lupa kasih komentar yaaa, biar cerpen berikutnya nggak tambah [ABSURD] :V
Oleh : Retno Dewanti
First cerpen gue kali ini termasuk kisah nyata yang pernah gue alami, but ada sedikit bumbu fantasi yang gue campur aduk biar cerpen ini tambah greget:v Semoga kalian dukung yaa #MiniProjectCerpenRD, semoga karya-karya gue ini bisa di terima sama kalian semua! Selamat menikmati!!! Eitss jangan lupa kasih komentar yaaa, biar cerpen berikutnya nggak tambah [ABSURD] :V
|
Oleh : Retno Dewanti
Sudah hampir 2 tahun lamanya Naomi, seorang gadis yang
cerdik dan cantik di kelasnya sangat membenci seniornya yang bernama Dimas.
Padahal Dimas termasuk siswa terpopuler di sekolah karena ia sangat tampan dan
sekaligus atlet karate. Mungkin menurut siswa perempuan di sekolah ini, Dimas
adalah sesosok laki-laki yang sangat sempurna, namun saat pertama kali Naomi
bertemu dengannya ia menganggap Dimas itu adalah satu dari sekian banyak senior
yang paling menyebalkan dan sangat arogan.
“Mungkin kamu belum dekat saja dengan dia, aku yakin
kalau beberapa bulan ke depan kamu akan suka sama dia”, kata Vera kepada Naomi.
“Ahhh… mana mungkin aku bisa suka sama cowok yang sok sempurna kayak senior
kita itu. Sumpah 7 turunan deh aku nggak bakal mau punya pacar kayak gitu”,
kata Naomi sambil memasang muka muak. “Ya sudah kalau nggak percaya sama aku,
nanti kalau beberapa bulan lagi kamu mulai ada rasa sama dia bilang ke aku ya ?
Nanti aku bantuin kamu deh biar bisa deket sama dia”, kata Vera sambil tertawa
menyindir Naomi. Makin kesal. Naomi pun mendumel, “Terserahlah, pokoknya aku
nggak bakal bisa suka sama cowok kayak gitu, secara gitu dia bukan tipeku
banget”.
“Cewek mana sih yang nggak mungkin suka sama Dimas ?
Secara dia itu udah tampan, keren,dan pokoknya hampir sempurnalah”, suara itu
tiba-tiba datang dari belakang menyambar pembicaraan Naomi dan Vera. Ternyata,
suara itu adalah suara Adit yang sedari tadi mendengarkan ocehan Naomi dan Vera
di kelas. Adit adalah teman sekelas Naomi yang tak kalah tampan dengan Dimas, sifat
dan talenta mereka berdua beda tipis. Adit juga termasuk siswa terpopuler
karena ia merupakan atlet basket di sekolah. Namun tanpa Naomi sadari, Adit sangat
menyukainya, ia tak punya nyali untuk mengungkapkan perasaannya kepada Naomi
karena ia takut persahabatan yang ia bangun sejak dari kelas 3 SD itu hancur
karena perasaan sayang kepada Naomi. Akhirnya ia bertekad untuk menyukai Naomi
diam-diam.
Tak terasa 3 bulan berlalu begitu cepat, perasaan yang
Vera tebak waktu itu benar-benar terjadi. Mungkin kali ini Naomi melanggar
sumpahnya sendiri, ia termenung sambil melihat foto Dimas yang terpasang di
wallpaper handphonenya. “Mungkin aku mulai menyukainya”, kata Naomi dalam hati.
“Eh.. kamu kenapa? Kok termenung? Lagi mikirin aku ya? Hahaha”, suara Adit
mengagetkan lamunan Naomi. “Eh eh enggak kok, aku cuma bingung aja minggu ini
tugas dan pr kita banyak banget ya.. Aku jadi bingung mau mengerjakan yang mana
dulu.”, jawab Naomi dengan lemas. “Ohh gitu yaa, emm kalau gitu gimana kalau
nanti sore kita belajar bareng di rumahmu? Tapi ajak Vera juga yaa, kasian dia
kalau nggak diajak”, kata Adit. “Hayoo hayoo pada mau ngapain ini? Kok
bawa-bawa namaku juga”, kata Vera dari luar sambil membawa jajanannya ke dalam
kelas. “Eh Vera, kok cepat banget jajannya? Ini lhoo si Adit ngajak kita buat
ngerjain tugas nanti sore di rumahku. Kamu maukan?”, kata Naomi. “Pastinya dong,
aku kan orangnya easy going banget kalau masalah kayak gini. Tapi nanti malam
aku menginap di rumahmu boleh kan Naomi ? Orang tuaku lagi pergi ke luar kota,
jadi aku nggak berani di rumah sendiri”, jawab Vera dengan suara penuh
semangat. “Boleh dong, sekalian yaa nanti kita satnight bareng”, kata
Naomi.”Yeee dasar jomblo malam mingguan aja di Bahasa Inggrisin”, kata Vera
dengan sinis. “Tak apalah, emangnya nggak boleh jomblo malam mingguan?”, kata
Naomi membalas ucapan Vera. “Udah dong udah, nggak usah berantem, 3 minggu lagi
ada konser music jazz lhoo. Nonton yukk?”, sambar Adit. “Boleh boleh boleh”,
jawab Vera dan Naomi dengan serempak.
Waktu berlalu begitu cepat, Vera merasa ada yang aneh
dengan sahabatnya Naomi. Ia mulai curiga kepada Naomi dan akhirnya ia
memutuskan untuk memata-matai Naomi setiap pulang sekolah. Keesokan harinya,
rasa penasaran Vera mulai meledak-ledak akhirnya ia memutuskan untuk bertanya
langsung dengan Naomi,“Eh Naomi 3 hari belakangan ini kamu kok sering pergi ke
GOR? Kamu ikut karate?”, tanya Vera penasaran. “Enggak kok Ver, aku cuma mau
lihat Kak Dimas latihan karate”, jawab Naomi spontan. “Apa? Lihat Kak Dimas
latihan? Kamu nggak salah?”,tanya Vera terkejut. “Eh eh nggak gitu, bukan itu
maksudku”, jawab Naomi gugup. “Ecieeeee benarkan kataku waktu itu, sekarang
kamu mulai ada rasa sama Kak Dimas. Eh tapi gimana ceritanya kamu bisa ada rasa
sama dia?”,tanya Vera yang semakin penasaran, namun tiba-tiba Naomi tak
membalas pertanyaan Vera. Kali ini Naomi mulai menyukai seniornya itu,ia mulai
sibuk memandang layar handphonenya. Tanpa Naomi sadari, Vera berpindah tempat
tepat di belakang Naomi, ia berdiri tepat di belakangnya, dan tiba-tiba ia
tersenyum dan berkata, “Cieeee… sekarang udah handal jadi stalker ya? Eh eh
lihat dong liat”, kata Vera sambil menyambar handphone milik Naomi. “Ooo jadi
sekarang ada yang lagi jatuh cinta sama kakak senior yang paling kece itu”,
kata Vera dengan suara menggoda Naomi. “Siapa siapa? Yang jelas bukan kamukan
Naomi?”, suara Adit yang mengagetkan mereka berdua. “Pastinya nggak salah lagi
dong, pastinya Naomilah masa iya kamu dit?”,jawab Vera dengan percaya diri.
Adit terkejut dengan jawaban Vera, ia berusaha menahan ekspresi lesunya setelah
mendengar kata-kata itu. “Gimana kalau kita berdua bantuin kamu biar bisa dekat
sama Kak Dimas? Eh tapi aku sajalah yang bantu, lagian kalau ada Adit nanti jadi
berantakan. Kamu kan orangnya dodol dit kalau masalah beginian, hahaha”, Kata
Vera sambil merendahkan Adit. “Yaudah deh terserah kamu Ver, yang jelas rencana
yang ada di otakmu itu harus berhasil pokoknya Naomi harus bisa dekat sama
Dimas itu, kalau nggak berhasil awas yaa kau Ver, nanti aku bakal palakin kamu
3 hari berturut-turut”, jawab Adit sambil mencubit pipi Vera. “Woiiii sakit
tau, iya deh iyaa yakin deh sama aku. Kalau masalah beginian mah aku ratunya.
Dijamin berhasil, soalnya aku udah berpengalaman banget, buktinya udah 3
pasangan yang udah pakai jasaku biar mereka bisa jadian, hahaha”, jawab Vera
dengan penuh semangat. Adit diam-diam memperhatikan Naomi yang tersipu malu
melihat kedua sahabatnya mendukung perasaannya itu. Namun di dalam hati, Adit
sangat kecewa mengetahui bahwa orang ia sayangi menyukai orang lain.
Siapa sangka 1 minggu berlalu dengan sangat cepat,Naomi
tak percaya bahwa ia semakin menyukai Dimas. Rasa itu semakin besar ketika ia
sering melihat Dimas latihan karate setiap hari Jumat sampai Minggu di GOR yang
terletak di samping sekolahnya. Tapi Naomi mulai resah, karena sebentar lagi
Dimas akan lulus, dia takut jika mereka takkan bertemu kembali. Seperti
malam-malam sebelumnya, setelah ia selesai belajar ia selalu mencari tau
tentang Dimas lewat media sosial, ia mulai senang karena akun media sosialnya
sudah di follow back oleh Dimas. Dan akhir-akhir ini mungkin Vera mulai bosan mendengar kehisterisan Naomi
setiap ia menunjukkan akun milik Dimas yang sudah ia temukan.”Naomi, aku pikir
kamu itu nggak bakal sehisteris ini. Tapi kok kamu sekarang jadi lebih heboh
dari cewek-cewek yang lain sih? Ati-ati lho jangan terlalu fanatik kalau suka
sama Kak Dimas, nanti kalau udah jatuh move onnya bakal lama”, kata Vera dengan
bijak. “Enggak kok Ver, aku itu cuma lagi bahagia banget. Secara gitu Dimaskan
orangnya terlihat agak arogan ternyata pas aku minta follow back lewat twitter
dia mau.Eh tapi emangnya aku kelihatan alay ya?”, jawab Naomi dengan wajah
berseri-seri. “Iya sih, coba deh kamu turunin sedikit level alaynya, nanti
kalau si Dimas itu tau bisa besar kepala dia”, balas Vera. “Siappp boss. Eh
tapi tawaranmu buat bantuin aku agar bisa dekat sama Dimas masih berlaku
dong?”, timpal Naomi dengan penuh semangat. “Pastinya dong, eh tapi kamu yakin
mau dekat sama dia? Rumornya dia sekarang jadi pacarnya si Agnes”, terocos
Vera. “Lha masa iya? Orang di akun media sosialnya nggak ada postingan foto
bareng Agnes, semoga aja enggak deh”, jawab Naomi dengan raut muka yang mulai
lesu. “Ahh emangnya kamu udah punya akun BBMnya? Coba deh kamu cari pinnya,
soalnya anak-anak taunya dari BBM. Ehh tapi jangan lesu gitu dong, kitakan
belum mulai permainannya masa iya udah nyerah?”, balas Vera menasehati. “Iya
deh aku mah nurut aja sama kamu, yang penting rencana ini harus berhasil”, kata
Naomi sambil tersenyum optimis.
“Haiii guys, aku ada tiket buat nonton konser music jazz
nanti malam nih. Nanti berangkat bareng dari rumah Naomi yaa”, kata Adit yang
memecah pembicaraan Naomi dan Vera. “Ah Adit mah kebiasaan, sukanya ngagetin.
Lagi serius bikin strategi juga, eh tapi maaf banget yaa Naomi udah punya 2
tiket jadinya nanti malam kamu nontonnya sama aku aja gimana?”,kata Vera
sedikit kesal. “Lha kok gitu? Emangnya kamu mau nonton konser sama siapa?”,tanya
Adit penasaran kepada Naomi.“Sama Kak Dimas”, jawab Naomi dengan sumringah.
“Kamu emang udah kenal sama Dimas? Sejak kapan? Kok nggak pernah cerita sama
aku?”, balas Adit sedikit kesal. “Udah 1 minggu yang lalu, tapi kenalnya nggak
dekat banget kok”, terocos Vera. “Oh gitu, yaudah deh have fun yaa nanti malam
sama Dimas”, balas Adit sedikit lesu. “Ehh tunggu tunggu, kok kamu lesu sih
Dit? Kamu nggak ada rasakan sama Naomi?”,timpal Vera. “Emm emmm enggaklah, mana
mungkin suka sama sahabat sendiri”, balas Adit dengan nada sedikit gugup.
“Syukurlah, kalau kayak gini 75% rencananya bakal berhasil”, kata Vera puas.
“Hai Naomi, apa kabar? Terimakasih ya sudah ngajak aku
nonton konser music jazz malam ini.Jarang-jarang banget aku kayak gini, soalnya
aku sibuk banget latihan karate”, kata Dimas sambil menatap Naomi. “Iya kak
sama-sama, aku juga mau ucapin terimakasih banget, kak Dimas sudah mau
ngeluangin waktu buat nonton konser ini bareng aku.”, jawab Naomi dengan wajah tersipu.
Malam ini, mungkin jadi malam yang membahagiakan untuk Naomi. Karena rencana
yang ia susun bersama Vera sebentar lagi akan berhasil. Jauh hari sebelum
konser ini,Vera berusaha keras untuk membantu sahabatnya, Naomi untuk bisa
dekat dengan kakak seniornya yang tampan itu.Beberapa cara sudah Vera lakukan,
mulai dari nulis tweet di twitter lalu di tag ke Dimas, sampai akhirnya ia
menemukan pin BBM milik Dimas lalu ia berikan kepada Naomi. Tapi perjuangan
mereka berdua untuk menjadi stalkernya Dimas itu tidak mudah, karena mereka
harus melakukannya diam-diam agar Adit tidak mengetahuinya. Andaikan saja Adit
tau, pasti tak akan bisa sampai sepeti malam ini,dia itu termasuk orang yang
over protective kalau menyangkut hal-hal tentang Naomi.
“Surat tempel, iya benar kita buat surat tempel aja untuk
Kak Dimas. Aku yakin deh pasti berhasil, nanti suratnya itu kita tempelkan di
motornya Kak Dimas”, kata Vera dengan spontan. “Ahh masa iya ? Tapi oke juga yaa,
nanti kita kasih inisial “N/X2” gitu. Tapi kapan kita nempel suratnya itu?
Secarakan di tempat parkir ada penjaganya”, jawab Naomi. “Tenang, serahkan saja
padaku. Aku akan minta bantuan sama penjaga parkir itu, diakan udah 3x aku ajak
kerjasama dalam hal-hal seperti ini”, balas Vera. “Okelah terserah, yang
penting Kak Dimasnya cepat pekanya”, timpal Naomi bersemangat. Seperti uji coba
sebelumnya, selalu saja ada gangguan yang hampir membuat rencana yang Vera
susun gagal. Pasalnya kali ini Dimas mengendarai motor yang berbeda dari
kemarin. “Pak, motornya Kak Dimas yang mana ya? Kok kayaknya dia ganti motor”,
kata Vera kebingungan. “Anu dek, iya motornya Dimas ganti. Tadi pas dia
berangkat saya kurang memperhatikan, kalau seperti ini surat tempelnya di tunda
ajalah dek, besok aja yaa besok”, balas Pak Prih penjaga parkir sekolah. “Emm
yasudah deh kalau gitu, besok pagi saya kembali lagi ke sini. Tapi inget yaa
pak besok jangan lupa kalau Kak Dimas, berangkat perhatikan dia pakai motor
yang mana”, balas Vera meyakinkan Pak Prih. “Siapp dek, serahkan semua pada
saya si penjaga parkir terhandal.”, timpal Pak Prih dengan penuh percaya diri.
“Udah
3x ini kita kirim surat tempel ke motornya Kak Dimas, tapi kayaknya belum ada
tanda-tanda kalau dia peka ya? Tapi coba kita kirim 1x lagi yaa Naomi, semoga
yang ini manjur”, kata Vera. “Iya sip, pokoknya yang satu ini harus
berhasil.Tapi aku penasaran banget sama ekspresinya Kak Dimas waktu dia tau ada
surat tempel di motornya. Nanti kita coba liat yukk dari ruangannya Pak Prih”,
balas Naomi. “Oke juga tu, aku juga penasaran apakah surat yang sebelumnya itu
di buang atau malah di simpan sama dia”, jawab Vera sambil menggoda Naomi.
Di luar dugaan mereka berdua yang sedang mengintai dari
dalam ruangannya Pak Prih saat bel pulang sekolah, surat tempel yang mereka
tempel di motornya Dimas di ambil oleh temannya Dimas. “Woii Agnes,lihat nih pacar
kamu dapat surat tempel. Mungkin ini dari adik kelas, eh ada inisialnya juga
nih”, kata Alvian sambil menepuk bahu Agnes, kekasih Dimas yang sedang
memanggil Dimas dari kejauhan. “Ah masaaa.. kamu pasti bohong, mana mungkin ada
adik kelas yang berani ngirim surat tempel kayak gini, di sinikan ada
penjaganya mana mungkin dia berani. Coba lihat inisialnya apa?”, balas Agnes
sambil merebut surat yang di bawa Alvian. “Whaattt?? N/X2. Maksudnya apaan
ini?”, kata Agnes penasaran. “Aku bilang juga apa, mungkin itu maksudnya ada
adik kelas kita dari kelas X-2 inisialnya N. Eh tapi emang ada yaa adik kelas
kita yang inisialnya N?”, timpal Alvian. “Pastinya banyak dong, dodol banget
sih kamu”, balas Agnes kesal. Saat Dimas mendekat ia terkejut dengan sepucuk
kertas yang Agnes bawa, ia tak menyangka bahwa terror surat tempel itu masih
berlanjut. “Pokoknya besok kita harus sudah nemuin orang yang nempel surat ini,
heii Alvian besok ajak si Gandi sama Niko ya buat bantuin aku nyelidikin orang
yang kasih surat tempel ini”, kata Agnes dengan raut muka kusam. “Udah dong
nggak usah over protective gitu, cuma masalah surat tempel gini doang juga.
Nanti endingnya ke bawa ke BP, kasian juga sama adik kelas yang ngirim surat
ini.Lagian banyak jugakan yang suka sama aku jadi kamu tenang aja yaa, aku
masih stay sama kamu kok, nes”, balas Dimas menenangkan Agnes. “Yaudah deh
terserah, tapi kalau aku nemuin kayak gini lagi, orang ini akan jadi musuh
terbesar aku.”, timpal Agnes sambil membuang surat itu ke dalam tong sampah.
Naomi dan Vera yang masih berada di ruangan Pak Prih
sampai tak ada satu pun siswa yang tersisa. Di luar dugaan mereka, sesosok
laki-laki dengan motor antiknya kembali ke tempat parkir. Mereka terkejut saat
laki-laki itu membuka helmnya,dia adalah Dimas. Dimas kembali ke tempat parkir
sekolah untuk mengambil surat tempel yang sudah Agnes buang tadi. “Lha kok Kak
Dimas mengambil surat itu lagi? Waaa jangan-jangan surat dari kita yang lain di
simpan sama dia”, terocos Vera tanpa menyadari bahwa suaranya terdengar oleh
Dimas. “Sssstttt… pelan-pelan dong Ver,kalau Kak Dimas tau gimana? Bisa berabe
nanti”, balas Naomi sambil membungkam mulut Vera. “Heii kalian… tunggu”, suara
Dimas membuat langkah mereka terhenti
sejenak, “Kalian kok belum pulang? Btw, kalian tau tidak siapa yang nempel
surat ini di motorku?”, tanya Dimas kepada 2 gadis itu. “Emmm anu kak, itu yang
nempel surat ke motor kakak itu kit…”, kata Vera spontan dan dengan sigap Naomi
membungkam mulut Vera. “Ehh maaf kak, temen aku yang ini emang suka ngaco. Kita
nggak tau kak siapa yang nempel surat itu, yang jelas bukan kita. Tapi kalau kakak
butuh bantuan kami, jangan sungkan yaa buat minta tolong ke kami.”, saut Naomi
dengan suara gugup.” “Okelah, tak apa. Terimakasih yaa sudah menawarkan
bantuan, kalau begitu aku pamit dulu yaa. Nice too meet you.”, jawab Dimas
dengan tenang.
“Kira-kira dia bukan ya yang nempel surat ini ke motorku? Tapi masa iya dia
berani sih sampai kayak gini. Baru kali ini ada adik kelas yang seperti ini,
pasti dia sudah lama mengagumiku”, kata Dimas dalam hati sambil memandang surat
tempel yang ia duga dari Naomi.”Udah sejauh ini dan Kak Dimas belum peka juga,
duh bagaimana ini? Apa iya aku harus mengungkapkan rasa ini ke dia besok? Eh
nggak mungkinlah, bisa mati di tangan Kak Agnes aku”, kata Naomi sambil
mondar-mandir di dalam kamarnya.”Tapi kalau di pikir lagi akhir-akhir ini sikap
Kak Dimas kalau ketemu sama aku beda dari biasanya, apa mungkin yaa dia udah
mulai peka? Duh kok jadi baper”, terocos Naomi. Tiba-tiba dering handphone
memecah lamunan Naomi tentang Dimas. Ia terkejut ketika sms dari Adit dan BBM
dari Dimas yang masuk bersamaan, mereka berdua tanpa sengaja mengajak Naomi
bertemu di waktu yang bersamaan. Naomi pun bingung dan memutuskan tidak
membalas pesan dari keduanya.
“Heii.. Naomi, tolong ikut aku sebentar ya. Sebentar aja,
ada yang ingin aku bicarakan sama kamu.”, kata Adit sambil menarik tangan Naomi
dan membawanya ke luar kelas. Dari lantai atas, Dimas melihat Naomi yang sedang
berbicara dengan Adit di taman depan kelas. Ia merasa ada yang berbeda ketika
melihat Naomi dan Adit. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya ke layar handphone
tapi tetap saja perasaan aneh itu tetap tidak bisa hilang. Naomi sangat
terkejut ketika mendengar Adit berkata ingin pindah sekolah, namun ketika Adit
ingin mengungkapkan perasaannya, terdengar suara Alvian yang mengerikan. “Heii
kamu! Kamu Naomi kan?”, tanya Alvian kepada Naomi. “Emm anu iya kak, saya
Naomi”, suara Naomi terdengar gugup. “Kamu kan yang suka nempel surat ini ke
motornya Dimas? Kamu nggak tau kalau Dimas itu sudah punya pacar? Hellowwww…
2016 kok masih kudet”, kata Alvian sambil meremehkan Naomi.”Maaf kak maaf,
bukan maksud saya lancang dan ingin ikut campur. Tapi, Naomi ini pacar saya
mana mungkin dia nempel surat itu di motor Kak Dimas”, saut Adit tanpa
memperhatikan apa yang ia ucapkan. “Ohh jadi dia pacar kamu, tolong yaa bilang
ke dia nggak usah lagi tempel-tempel surat di motornya Dimas”, balas Agnes
dengan sinis. “Eh dit, kok kamu bilang kayak….”, timpal Naomi, namun belum
sempat selesai Adit dengan cepat membungkam mulut Naomi lalu mengajaknya pergi
ke kantin.
“Tadi aku nggak bermaksud apa-apa, aku cuma nggak tega
liat kamu di bully sama mereka. Btw, tentang surat tempelnya tadi nggak
benerkan?”, kata Adit. “Oh gitu, terimakasih yaa udah bantuin aku tadi. Maaf
yaa sebelumnya, yang di bilang sama Kak Alvian itu benar. Dan bodohnya aku
malah suka sama orang yang jelas-jelas sudah punya pacar”, jawab Naomi dengan
penuh sesal.”Lho kok kamu gitu sih? Kamu nggak pernah cerita masalah ini ke
aku. Terus sekarang kamu mau apa? Mau lanjut sama perjuangan konyol kamu itu
atau berhenti dan mulai move on?”, tanya Adit dengan wajah kesal. “Entahlah,
aku bingung. Tapi kalau saat ini aku move on sepertinya bakal gagal, soalnya
aku udah terlanjur jatuh cinta sama dia. Mungkin aku bakal nunggu dia sampai
aku bosan melakukan hal-hal konyol ini”, balas Naomi. “Terus tadi kenapa kamu bilang
ingin pindah sekolah? Kamu udah bosan jadi sahabatku ya dit?”, tanya Naomi
sambil menggerakan tangannya ke wajah Adit yang sedang melamun. “Enggak kok
enggak, aku cuma mau ikut Ayahku yang pindah tugas ke daerah lain. Sebenarnya
aku nggak ingin pisah dari kamu, soalnya… soalnya… aku…”, timpal Adit dengan
ekspresi kebingungan.“Heii ternyata kalian disini. Btw, kamu nggak apa-apa kan
Naomi? Tadi kata teman-teman kamu di datengin sama pacarnya Kak Dimas. Untung
aja yaa nggak ketahuan”, suara Vera yang lagi-lagi mengurungkan niat Adit untuk
mengungkapkan perasaannya kepada Naomi. “Iya Ver, aku nggak apa-apa. Iya ya
untung banget tadi, kalau nggak ada Adit nggak tau deh aku sekarang pasti udah jadi
perkedel di tangannya Kak Agnes.”, balas Naomi sambil tersenyum ke arah Adit.
“Lho kok Adit? Emang dia ngapain?”, tanya Vera kebingungan. “Jadi tadi itu si
Adit ngaku-ngaku jadi pacar aku waktu Kak Alvian pasang muka serem”, timpal
Naomi. “Wiiii…. Tapi yang tadi itu Adit nggak ngaku-ngaku deh, soalnya Adit itu
emang suka sama kamu. Iya kan dit?”, terocos Vera. “Emm ehh enggak kok enggak,
enggak gitu jangan percayalah sama bocah tengil ini”, jawab Adit gugup. Naomi
terkejut saat Vera berkata seperti itu, ia tak menyangka jika Adit menyukainya.
Ia merasa bersalah karena ia tadi secara blak-blakan bilang ke Adit tentang
perasaannya ke Dimas. Tingg tunggg…. Dering BBM mengalihkan perhatian mereka
bertiga, untuk kedua kalinya Naomi makin merasa bersalah ketika Dimas sudah
berada di meja seberang tempat mereka duduk, dari seberang ia mengisyaratkan
kepada Naomi untuk duduk menemaninya. Mungkin ia ingin berbicara sesuatu,
dengan langkah berat Naomi berusaha untuk menemui Dimas. Saat Naomi duduk
menghadap tempat dimana Vera dan Adit duduk, ia sangat menyesal ketika melihat
Adit pergi meninggalkan Vera sendiri. Kali ini, perasaan Naomi terasa biasa
saja ketika bertemu dengan Dimas, mungkin karena masalah tadi ia mulai takut
jika ia bertemu Dimas di ketahui oleh Agnes. Namun entah bagaimana caranya,
Dimas selalu punya kesempatan luang untuk bertemu dengan Naomi tanpa
sepengetahuan Agnes.
“Sekarang aku sudah tau kalau kamu yang mengirim
surat-surat inikan?”, kata Dimas sambil menunjukan beberapa surat dari Naomi
yang ia bawa di dalam kotak, Naomi terkejut dan termenung sejenak, ia sangat
bingung harus berkata apa lagi. “Emm, iya kak. Sebenarnya aku yang mengirim
surat-surat itu. Maaf soal waktu itu aku dan temanku berbohong, aku cuma takut
saja jika kak Dimas tau jadi risih jika bertemu denganku.”, balas Naomi. “Kamu
hebat, kamu adalah satu-satunya pengagum rahasiaku yang bisa bertahan sampai
sejauh ini. Aku sangat menghargai usaha kerasmu, mungkin kita bisa lebih dekat
untuk beberapa waktu ke depan sebelum aku lulus dari sekolah ini.”, timpal
Dimas sambil tersenyum manis.
“Ver, aku minta tolong ke kamu yaa jangan sampai Naomi
tau kalau aku nggak jadi pindah sekolah. Aku pengen kasih kejutan ke Naomi hari
ini, mohon bantuannya yaa Ver”, kata Adit sambil tersenyum sumringah. “Siapp
deh, tapi nanti jangan lupa es krimnya ya. Hahaha”, goda Vera. “Ah kamu mah
gitu, iya deh iya.”, balas Adit yang sedikit kesal. Saat Naomi sampai di kelas,
ia terkejut ketika melihat kejutan dari teman-temannya, dia tak menyadari bahwa
hari ini adalah hari ulang tahunnya. Di tengah kebahagiaan itu, tanpa
sepengetahuan Naomi, Adit datang membawa kue ulang tahun untuknya. Namun saat
ingin memberikan kue itu kepada Naomi, langkahnya terhenti, ia terjatuh di
tengah kerumunan. Kakinya tersandung oleh satu satu kaki teman sekelasnya.
Alhasil, kejutan untuk Naomi gagal dan Adit menjadi bahan tertawaan.
“Happy birthday, Naomi J” mungkin kata
itu sangat menenangkan hati Naomi, ucapan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang
juga. Kali ini tak ada yang special dari Dimas, ia tak datang memberikan kejutan
untuknya,tapi bagi Naomi pesan itu sudah menenangkan hatinya. Akhir-akhir ini
ia jarang sekali bertemu dengan Dimas, “Mungkin dia lagi sibuk belajar, minggu
depankan dia sudah ujian sekolah. Ayolah Naomi, jangan khawatirkan dia”, kata
Naomi menyemangati dirinya sendiri.
Waktu berlalu dengan cepat, semester 2 kali ini tak di
sangka tinggal 6 bulan lagi. Artinya waktu Naomi untuk bertemu dengan Dimas
semakin berkurang, dia mulai merindukan masa-masa dimana pertama kali ia
bertemu dengan Dimas, dia juga tak menyangka akan sejauh ini mengenalnya.
Triwulan di semester 2 akhirnya akan segera berakhir,saat ulangan tengah semester
akan berlangsung rumor tentang Dimas dan Agnes putus beredar. Entah siapa yang
menyebarkan rumor itu, tapi rumor itu membuat Naomi terkejut dan sedikit
bahagia. Namun ia mulai putus asa ketika terpikir jika ia memutuskan untuk
lebih dekat dengan Dimas akan menyebabkan ia jarang menghabiskan waktu bersama
kedua sahabatnya,disisi lain ia mengira akhirnya akan bahagia. “Jangan gegabah,
ini babak final. Sedikit salah memperkirakan bisa fatal nantinya”, kata Vera
menasehati. “Iya kamu benar Ver, kali ini aku nggak akan gegabah lagi. Akan aku
pikirkan matang-matang”, balas Naomi.
Sebelum liburan tryout, Adit mendatangi bangku Naomi yang
ada di seberangnya. Ia tak peduli dengan teman-teman di sekitarnya, ia tetap
mengungkapkan perasaannya. “Naomi, sebenarnya aku menyukai sudah dari dulu.
Tapi aku tak punya nyali untuk mengungkapkannya, aku takut persahabatan kita
hancur karena ini. Aku cuma ingin melihat kamu bahagia bersama Dimas.”, kata
Adit sambil memandang Naomi yang sedang termenung. Tanpa membalas ucapan Adit,
Naomi tiba-tiba meneteskan air matanya. Ia tak tau harus berbuat apa lagi,
apakah ia harus membalas perasaannya Adit atau tetap melanjutkan misi menjadi
pengagum rahasianya Dimas. Berhari-hari ia memikirkan matang-matang apa yang
menjadi permasalahan di dalam otaknya itu. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak
melanjutkan misi menjadi pengagum rahasianya Dimas dan memilih tetap bersahabat
dengan Adit tanpa membalas perasaan yang Adit miliki. Setelah mendengar itu,
akhirnya Vera mengerti apa yang menjadi keputusan Naomi. Dia mulai bicara
dengan Adit, dan dengan lapang dada Adit merelakan apa yang menjadi keputusan
Naomi. Di sisi lain, Dimas menjadi risau dengan perasaan yang akhir-akhir ini
dia pendam. Ia mulai rindu dengan sosok Naomi yang ceria karena ia sibuk dengan
kegiatan les di sekolah, sehari sebelum ujian sekolah saat istirahat pertama ia
memutuskan untuk mendatangi Naomi di kelasnya ia terkejut ketika Vera
menceritakan semua kepadanya, pasalnya ia tak menyangka bahwa pengagum
rahasianya itu telah hilang. Ia sangat kecewa jika ia terlambat menyadari
perasaan yang Naomi miliki saat itu, ia berusaha untuk mengembalikan pengagum
rahasianya itu tetapi semua sudah terlambat, tetap saja Naomi bersikukuh untuk
memendam dalam-dalam perasaannya pada Dimas dan kembali menjalani hari-harinya
seperti dulu, bahagia bersama kedua sahabatnya.
Komentar
Posting Komentar