#MiniProjectCerpenRD - Tiramitsu

Hai hai ~ Hapi satnight mblo *eh :p. Udah pada staykan ya pastinya, emm yaudah yuk simak cerpen yang berikut ini! Selamat menikmati yaa ~



Genre  : Misteri & Komedi
Tiramitsu
          Angin sore berhembus seperti biasa –namun kali ini agak sedikit kering-, mungkin tinggal beberapa hari lagi musim gugur akan datang. Rutinitasku sebagai siswa SMA tidak berubah, setiap sepulang sekolah aku dan ketiga temanku selalu berkumpul di rumah Haris untuk latihan band. DSR, Double Spind Round. Itulah nama band kami. Bukan sebatas nama saja, tapi nama DSR itu diambil dari kata dua pusaran rambut. Jangan salah menebak ya, tidak semua dari anggota band kami ini memiliki dua pusaran rambut di kepala. Hanya aku dan Kukis saja yang punya. –nama asli kukis sebenarnya Ferry, tapi karena setiap berlatih dia selalu membawa bekal kukis jadi kami memanggilnya kukis-. Katanya orang yang memiliki DSR itu hidupnya akan selalu penuh dengan kebahagiaan. Yang menentukan nama band kami ini bukan hanya aku dan kukis saja lho, tapi kami memutuskannya bersama-sama. 4 tahun yang lalu –saat masih kelas 2 smp-, kami berempat bertemu karena kami mengikuti ekstakulikuler yang sama yaitu seni musik. Masing-masing dari kami memiliki bakat yang berbeda. Disini aku dan Haris di percaya mengarasemen lagu-lagu yang akan kami bawakan saat tampil di kafe. Kami sering melakukan hal ini saat kami belum memiliki panggung tetap. –Yaaa begitulah nasib band yang belum debut-.

            “Hari ini sepertinya kita akan berlatih lebih santai saja”, ujar Haris.

            “Lho memangnya tidak pada datang ya ?”, tanya Kukis

            “Iya, si Dika tadi bilang nggak ikut latihan gara-gara kakeknya tiba-tiba masuk rumah sakit jadi yaa di pulang lebih awal”.

            “Wahh kalau gitu kita main PS saja yuk! Lagi pula cuma kita berdua, eh wait ngomong-ngomong Dimas dimana ?”

            “Ahh.. tadi dia bilang mau mengantar adiknya les musik dulu terus nanti baru kesini”.

            “Ohh gitu. Ya sudah kalau gitu kita main PS saja sebentar”.

            “Hmmm… okelah”.

            “Kak, habis dari mana ? Kok ngos-ngosan gitu ?”, tanyaku pada kakak yang berlarian di lorong rumah sakit.

            “Huhhh… huhhh…”, tanpa menjawab pertanyaanku, kakak langsung duduk di lantai sambil meluruskan kakinya yang panjang itu. 

            “Anuu.. anuu.. Kakek bagaimana ?”, dengan suara yang tersengal-sengal sambil bersandar di tembok.

                        “Kakek baik-baik saja kok, kata Ibu tadi dia hanya kelelahan setelah lari sore.”
            “Hmmm… syukurlah”.

            “Haii gaesss, ada kudapan manis nih. Yukk makan!”

             “Aishh mereka malah tidur, terus ya udah deh aku makan saja kudapan ini. Lumayankan kenyang dimakan sendiri”, ucap Dimas sambil membuka tasnya.

             Mungkin tinggal seperempatnya, Kukis –aku kasih tau yaa, dia orangnya hobi makan! Jadi hati-hati aja kalau ketemu dimana pun jangan ngeluarin makanan sedikit pun, Dijamin langsung habis dan kalian nggak jadi makan :V- terbangun. 

            “Ahh beruntungnya, bagi dong Dim, lapar nih”, ucap Kukis sambil merebut kotak makan yang menyisakan kue terang bulan gulung.

            “Ssssttt… jangan keras-keras kuk, udah habis ini. Nanti kalau Haris bangun kan kasian.”

            “Hmmm… okeelah.”

            Secara fisik sih Kukis situ nggak gendut (?) Tapi hobinya makan, terus semua makanannya lari kemana ya (?) Apa dia cacingan ? ahhh tapi keknya enggak deh, soalnya perut dia juga nggak buncit :v. *jangandipikirseriusya!*

            Baru saja, suapan terakhir masuk ke lambungnya Kukis. Haris tiba-tiba bangun,-eh mungkin bukan terbangun, dia ngingau! :v- Pikiran jail Dimas pun bekerja, dengan cepat ia merekam Haris yang sedang mengingau, durasinya 1 menit. 

            “Bhakkkkk dasar mesum, mimpi apa dia :v”, Kukis pun tertawa sampai air matanya keluar. –Tapi Haris masih aja tidur, dasar yaa Kebo- *eh

            “Ini hasil CT Scannya”, ujar dokter sambil menyodorkan hasil CT Scan Kakek kepada Ibu. –Ingin ku melihat, tapi ku tak boleh masuk. Jadi apalah dayaku yang hanya bisa menguping percakapan Ibu & Pak Dokter dari luar berasama Nadya-.

            “Di dalam kerongkongannya ada sedikit gumpalan, ini seperti kudapan manis. Sejenis brownis atau tiramitsu.”

Mendengar “Kudapan Manis” aku jadi teringat waktu melihat kakek –saat pulang sekolah, ia sedang lari sore- mampir ke tempat penjualan kudapan manis. Aku kira sih waktu itu ia membeli kudapan manis untuk diberikan untukku atau Nadya saat kami pulang sekolah. Mungkin analisisku ini, kebenarannya hampir benar (?). Aku tak berani bertanya tentang hal itu kepada kakek, jadi untuk sementara waktu aku pendam saja ya (?).

“Ahh, Dimas sudah disini ya ?”, Haris –akhirnya- terbangun.

“Hmmm”, sambil menahan sedikit tawa, Dimas menganggukan kepala.

“Eh ada apa ? Ada yang salah ya ?”, tanya Haris kebingungan.
“Ah tidak kok tidak, tenang saja Ris, nggak ada yang aneh kok sama kamu. Haris kan paling tampan *eaaaaa*”, timpal Kukis sambil mengedipkan mata ke Dimas –mungkin ia mengisyaratkan agar Dimas menyimpan rekamannya tadi. Ahh dasar yaa couple jail :3. But, this is not LGBT:V-

“Hari ini Dika tidak datang ya ? Ahh aku baru ingat, kakeknya masuk rumah sakit katanya. Jadi hari ini nggak latihankan ya ?”, ucap Dimas. 

“Sebenarnya Aku dan Kukis tadi udah berpikir begitu, tapi karena tadi kamu belum tau yaa sudah Kukis masih di sini”.

“Wahhh… asiknya! Bisa pulang cepat dong aku ~~~, hihihi, eh nggak deng..xD”, ujar Dimas.sambil cekikikan.

“Asiikkkk, kakek besok pulang! Yukk kak, kita bantu Ibu bikin makanan kesukaan kakek –This is Soto- :v”, ucap Nadya sambil membangunkan yang sedang terlentang di sofa.

Teringat tentang analisaku saat di rumah sakit itu, aku mencium aroma rahasia yang kakek sebunyikan. Selama 17 tahun ini, sejauh yang aku tau kakek itu orangnya tidak suka dengan makanan yang manis –ex : tiramitsu dan saudaranya-, tapi kenapa tiba-tiba kakek pingsan setelah lari sore, dan hasil CT scannya juga, kenapa ada tiramitsu yang berhenti di kerokongan kakek ? Apa ada seseorang yang membujuk kakek untuk memakan kudapan manis itu dan sengaja mengagetkannya saat kakek sedang makan (?) Kalau ada siapa ya (?). Atau kakek itu sebenarnya suka dengan makanan yang manis, tapi ia tidak berani makan di depan kami gara-gara 3 bulan yang lalu ia di diagnose punya penyakit diabetes ? Ahh sudahlah, pertanyaan itu malah hanya berputar-putar di kepalaku. Dan aku berusaha untuk tidur sesaat setelah Nadya berlari ke dapur untuk membantu Ibu.

Hari ini berjalan seperti biasa, aku memutuskan untuk tetap berlatih bersama DSR walaupun hari ini Nadya menyuruhku untuk pulang cepat. Aku tidak menghiraukannya karena hari ini Ayah juga pulang lebih cepat. 

“Wahhh kompaknya, semoga kalian cepat debut ya. Fighting!”, ucap Ibu Haris sambil meletakkan camilan di meja dekat dengan tempat kami berlatih. –Tempat kami berlatih ada di gudang rumah Haris-.

“Terimakasih, Bibi.”, balas Dimas dengan senyumnya yang ringan. Diantara kami *mungkin* Dimaslah yang punya senyum paling renyah (?) *emangnyamakanan-_-ckck* dijamin kalau suatu saat nanti kami sudah debut, dia pasti menjadi member yang penggemarnya paling banyak.

“Sebelum kita mulai latihannya, aku punya sesuatu nih gaes! Kita refreshing sebentar ya”, ucap Dimas sambil mengeluarkan handphonenya. Di dalam hati, Kukis pasti sudah tertawa terbahak-bahak, terbukti saat Kukis menutup mulutnya sambil menahan tawa saat video ‘itu’ di putar. 

“Luna Luna Luna! Jangan pergi, aku aku aku sungguh mencintaimu. Tapi kalau kau menolak perasaanku ini, tidak apa-apa. Aku akan menunggumu sampai kau berbalik dan menerima perasaanku, -lalu Haris memeluk dan mencium tangan Kukis yang sedang duduk di sebelahnya.” –itu isi video yang Dimas rekam saat Haris mengingau waktu itu. 

“Ehhh… kau ini ya tidak sopan!”, ujar Haris sambil mengambil handphone Dimas –tapi gagal:v-

“Wahh.. ternyata Haris suka sama Luna! Gosip terhot ini!”, timpalku sambil tersenyum jail.

“Kalian ini apa-apan sih! Mana mungkin aku suka sama Luna, anak sombong itu membuatku ilfeel. Mendengar langkah kakinya saja sudah tidak mau, apa lagi suka sama dia!”

“Terus ini apa hayoooo ? Hayooo hayoo Haris, ngaku saja kau! Nanti kalau kau ngaku, kita pasti bantuin kamu kok biar bisa dekat sama Luna”, ujar Kukis sambil memasukkan makanan ringan ke mulutnya.

“Pokoknya tidak ya tidak!”.

Saat Haris keluar dengan muka memerah, kami tertawa terbahak-bahak saat video itu kami putar kembali. 

“Ahh… Haris ternyata mesum juga ya ? Eh itu tangannya Kukis di cium segala. Kamu kemarin pasti gelikan di gituin ?”, tanyaku sambil cekikikan.

“Iyalah, awalnya aku juga nggak bakal nebak Haris ngingaunya bakal kayak gitu, pas dia nyium tanganku aku jadi gimana gitu :v”

Saat aku pulang latihan band, di ruang tamu, ada kakek yang menungguku. –dalam hati- tumben sekali kakek jam segini duduk di ruang tamu, biasanya jam segini yang di ruang tamu adalah Ayah, ada apa ya kira-kira ?

“Wah, kamu sudah pulang Dik ?”, sapa Kakek saat aku meletakkan sepatu di bawah rak buku.

“Ah iya kek,”
“Duduklah sebentar disini, kita nikmati suasana senja yang menenangkan ini”
“Hmm… baiklah kek”

“Mungkin 2 tahun sebelum kamu lahir, aku jadi teringat suasana seperti ini saat senja, aku sering sekali menikmati suasana ini bersama nenekmu. Sambil memakan kudapan manis buatan dan teh hijau buatan nenek dan ibumu. Ahh, rasanya aku jadi semakin rindu dengannya.”

“Emm.. kek. Bolehkan aku bertanya sesuatu ?”, aku memberanikan diri
“Silahkan tanya sesukamu, jika aku bisa menjawabnya akan aku jawab.”
“Waktu itu sepulang latihan, aku pernah beberapa kali melihat kakek membeli kudapan manis seperti tiramitsu di toko itu. Bukankah kakek dilarang memakan kudapan itu karena kakek menderita penyakit diabetes ?”

“Ahh.. waktu itu ya, ahh benar. Sebenarnya aku membeli tiramitsu untukmu dan Nadya juga. Tapi karena kamu waktu itu pulangnya telat jadi yaa aku makan saja. Kalau tidak langsung di makan nanti bisa-bisa ketauan ibumu.”, jelas kakek sambil tertawa ringan.

“Lalu kenapa minggu lalu kakek bisa tersedak dan masuk rumah sakit ? Aku dengar dari ibu, di dalam kerongkongan kakek ada sedikit gumpalan kudapan manis. Apakah ada yang mengagetkan kakek saat sedang makan kudapan itu ?”, selidikku

“Seingatku tidak ada siapa pun yang mencoba mengagetkanku, hanya saja aku makan terburu-buru. Karena waktu itu aku memakan kudapan itu di teras, dan saat itu aku melihat Ayahmu pulang kerja. Jadi cepat-cepat saja aku makan kudapan itu.”

“Syukurlah kek, tapi lain kali kenapa tidak jujur saja kepada Ibu untuk membuatkan tiramitsu saat kakek ingin memakannya ? Lagi pula tiramitsu buatan Ibu lebih enak”, ucapku sambil tertawa.

-        THE END -

       Gimana nih ? Seru nggak ? Ada yang bisa ketawa ? *keknyaenggakdeh *yaudahnggakpapa,ngerecehnyabelumberhasil:v* Maaf ya kalau endingnya masih menggantung, tapi tenang kok perasaan kamu ke aku nggak bakal ke gantung (?) *lah. So, ditunggu kritik & sarannya ya! See you di hari Sabtu Minggu ke-3 ^^


Komentar